Apa itu Survei Karakter?
Karakter sering dianggap sebagai karakteristik unik yang melekat pada masing-masing individu. Selain itu, karakter juga dianggap sebagai sesuatu yang mengarahkan munculnya perilaku tertentu. Hal ini dikarenakan karakter tidak dapat dilepaskan dari sikap dan nilai yang dimiliki oleh individu. Sering kali karakter dikaitkan dengan karakteristik psikologis yang mengarahkan individu berperilaku secara moral dalam kehidupan sehari-hari) (Fleeson et al., 2014). Tidak mengherankan apabila perwujudan karakter yang baik dihubungkan dengan perilaku yang ditampilkan saat berinteraksi dengan orang lain atau masyarakat seperti kebaikan, kedermawanan, dan toleransi (Baehr, 2017).
Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat banyak karakter yang mungkin melekat pada individu dan karakter memiliki variasi yang cukup beragam. Dalam kajian mengenai keterampilan yang dibutuhkan pada abad ke-21, Griffin dan Care (2014) menegaskan pentingnya penguasaan keterampilan baru dan keterampilan tradisional demi mempersiapkan individu yang dapat berperan efektif sebagai siswa, pekerja, dan warga negara. Secara umum, kerangka kerja yang diusulkan meliputi cara berpikir, cara bekerja, alat bekerja, dan hidup di dunia.
Walaupun selalu mempertimbangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk bersaing secara global di abad ke-21 serta berbagai pengukuran yang sudah pernah dilakukan sebelumnya, namun pengembangan survei karakter siswa ini tetap selaras pada karakter yang tercantum dalam Profil Pelajar Pancasila, yang dikembangkan berdasarkan jati diri bangsa Indonesia. Profil Pelajar Pancasila memiliki semangat untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila yang merupakan ideologi bangsa Indonesia. Profil Pelajar Pancasila dapat didefinisikan sebagai karakter dan kemampuan yang merupakan perwujudan nilai-nilai Pancasila yang sehari-hari dibangun dan dihidupkan dalam diri setiap individu siswa di Indonesia. Pada Profil Pelajar Pancasila terdapat enam karakter utama yaitu :
- beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
- gotong royong,
- kreativitas,
- nalar kritis,
- kebinekaan global, dan
- kemandirian.
Survei karakter siswa ini akan menghasilkan profil perkembangan karakter secara umum, profil pencapaian setiap karakter, dan profil pencapaian indikator karakter. Adapun profil perkembangan karakter secara umum sebagai berikut:
Dalam perumusan model konseptual, dilakukan penyelarasan antara rumusan dalam Profil Pelajar Pancasila dengan berbagai hasil pengukuran yang pernah dilakukan sebelumnya. Langkah ini diambil demi memastikan hasil pengukuran dapat dibandingkan dengan upaya serupa yang pernah dilakukan di tingkat internasional. Dalam penelusuran, digunakan sejumlah kata kunci yang diinspirasi oleh keenam karakter dalam Profil Pelajar Pancasila.
Survei Karakter sebagai instrumen Asesmen Nasional
Untuk lebih jelasnya. silakan simak video berikut:
Mengapa diperlukan Survei Karakter?
Survei Karakter ditujukan untuk mengukur perkembangan karakter peserta didik sebagai salah satu capaian pembelajaran. Enam karakter yang diukur pada peserta didik di Indonesia didasarkan pada profil pelajar Pancasila: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, khususnya akhlak pada manusia, akhlak pada alam, dan akhlak bernegara, 2) gotong-royong, 3) kreativitas, 4) nalar kritis, 5) kebinekaan global, dan 6) kemandirian.
Untuk lebih jelasnya. silakan simak video berikut:
Karakter Utama Profil Pelajar Pancasila
- Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia
- Kreativitas
- Kebhinekaan Global
- Gotong Royong
- Nalar Kritis
- Kemandirian
Karakter beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia dapat didefinisikan sebagai pengamalan nilai-nilai agama dan kepercayaan yang diwujudkan melalui akhlak pada manusia, akhlak pada alam, dan akhlak bernegara dalam kehidupan sehari-hari.
Kreativitas dapat diukur dengan meminta individu mengerjakan suatu tugas atau mencari segala cara baru menggunakan barang-barang yang ada (berpikir divergen), menceritakan pengalaman berperilaku kreatif, dan menceritakan seberapa tinggi minat atau kesenangan terlibat dalam kegiatan kreatif.
Karakter kebinekaan global mengarah pada konsep budaya global yang merupakan imbas dari globalisasi. Kondisi ini memungkinkan individu dari suatu negara dapat mempelajari budaya dari negara lain. Tantangan dalam budaya global adalah menciptakan kerja sama antar negara untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Gotong royong adalah istilah asli Indonesia yang digunakan untuk merujuk pada kegiatan bersama dalam suatu komunitas untuk mengerjakan suatu aktivitas bersama yang terlampau besar untuk diselesaikan seorang diri atau hanya oleh beberapa orang.
Nalar kritis dapat didefinisikan sebagai kemampuan berpikir secara terarah. Ada beberapa konstruk yang pernah digunakan sebagai indikator nalar kritis, yaitu: (1). Mencari informasi relevan termasuk yang bertentangan dengan keyakinan dan pendapat pribadi, (2) menganalisis dan mengevaluasi informasi dari berbagai perspektif, dan (3) mengambil keputusan dengan mempertimbangkan konsekuensi dan prinsip etika universal.
Karakter kemandirian didasarkan pada pemahaman siswa terhadap kekuatan dan keterbatasan yang dimiliki sehingga siswa mampu merencanakan tujuan yang sesuai dengan dirinya.