Di daerah Bandar, tepatnya di dukuh Gerdu desa Kluwih berkembang sebuah cerita mistis yang beredar di tengah-tengah masyarakat. Cerita itu berkaitan dengan adanya makhluk tidak kasat mata (Jw : memedi) yang berbentuk selendang merah. Memedi itu biasanya muncul di antara pepohonan terutama pada pohon pisang, rumpun bambu, atau pepohonan lainnya yang rimbun pada malam hari.
Dikisahkan, ada seorang perempuan yang sedang mengunjungi pengajian di kampungnya. Pengajian tersebut diadakan pada malam hari. Suasana dalam pengajian itu sangat meriah karena dihadiri oleh perangkat desa dan tokoh masyarakat setempat. Sebelum pengajian berlangsung, diawali dengan pemberian penghargaan kepada para santri pondok yang berprestasi. Di samping itu, acara pengajian juga diselingi dengan alunan solawatan dari grup rebana termashur di daerah itu.
Akan tetapi, dalam keadaan yang sangat meriah itu perempuan itu tiba-tiba memiliki rasa ingin pulang yang amat besar. Ada sebuah dorongan kuat di hatinya untuk segera meninggalkan tempat pengajian tersebut.
“Kamu berani pulang sendiri?” Tanya temannya.
“Berani saja. Kenapa tidak?” Jawabnya yakin dan percaya diri.
Serta-merta perempuan itu bergegas keluar dari tempat pengajian. Ia menerobos kerumunan orang bayak di tempat pengajian itu untuk pulang ke rumahnya seorang diri.
Sesampainya di luar tempat pengajian ia langsung berjalan menelusuri jalanan yang sepi dan lengang. Semula ia merasa enjoy dengan keadaan itu. Namun, lama kelamaan ia mulai merasa tidak nyaman. Tiba-tiba saja jantungnya berdegup kencang antara meneruskan perjalanan pulang atau kembali ke tempat pengajian. Karena keadaan saat itu sudah larut malam ia memilih melanjutkan perjalanan pulang. Ia merasa malu karena sudah keluar dari tempat pengajian dan menerobos orang banyak. Semua mata pasti akan menoleh ke arahnya dengan penuh keheranan.
Saat di perjalanan ternyata di sepanjang jalan ia menerobos hutan yang rimbun Di situlah ia merasa tidak nyaman dan jantungnya berdegup semakin kencang.Ia langsung membaca doa yang ia ketahui. Akan tetapi, doa tersebut ternyata tidak mengurangi rasa takutnya.
Tidak ada angin maupun hujan, tiba-tiba ia mendengar suara gemuruh dari samping kanan.Ia menoleh ke arah itu dan melihat ada gerakan melayang dengan membawa sinar yang terang. Gerakan melayang tersebut menyerupai selendang berwarna merah.
Ia bergegas lari dengan kencang. Untungnya ia masih bisa berlari ke arah rumah. Saat menoleh ke arah kanan ternyata selendang yang bersinar itu telah menghilang tanpa bekas.
Perempuan itu tetap melanjutkan perjalanan pulang dengan sejuta perasaan yang mengganggu. Ia merasa ada begitu banyak makhluk tak kasat mata yang mengikutinya. Beruntunglah rumahnya tinggal beberapa meter lagi. Ia bergegas membuka pintu dan masuk ke dalam rumah.Ia memikirkan apa yang tadi telah dilihatnya.
Pada pagi harinya, ia bercerita kepada tetangga dekatnya tentang kejadian yang dialaminya semalam. Tetangganya memberi tahu bahwa apa yang dilihatnya itu adalah memedi selendang terbang. Dalam hati ia berjanji tidak akan melewati tempat itu lagi sendirian apalagi pada malam hari.
Biodata Penulis
Umi Mustofiyah, siswa kelas VII D SMP Negeri 2 Bandar. Siswa yang tinggal di dukuh Gerdu desa Kluwih kecamatan Bandar kabupaten Batang ini mempunyai hobi membaca, menulis, olah raga, dan kesenian. Ia mempunyai cita-cita sebagai sastrawan ini bisa dihubungi di nomor WA. 0858693262** atau email umimustofiah13@gmail.com.